Malam yang cukup sunyi,
dingin, dan sedikit mencekam. Aku terus berjalan mengikuti kakiku. Aku tidak
tahu ke mana langkah kaki ini akan membawaku, dan sebenarnya, aku juga tidak
memperdulikan hal itu.
Sudah lumayan jauh aku
berjalan, dan rasanya aku mulai lelah. Dari kejauhan aku melihat sebuah kursi
panjang, langsung saja kuistirahatkan tubuhku di sana, yang juga bersebelahan
dengan tiang lampu yang menerangi jalan. Aku sangat beruntung menemukannya.
Kursinya cukup panjang, sekitar tiga meter, terbuat dari kayu yang diberi cat
berwarna cokelat tua, dan ada tempat bersandarnya juga di sana. Saat duduk, sejenak
kuperhatikan tiang yang berada di samping kursi itu dari bawah hingga ke ujung
lampunya. Sejenak
kupegang tiang itu, dingin. Sejenak kupeluk, dia tak membalas. Cukup lama
kuperhatikan, dia tak memperdulikan. Aku merasa dicampakkan.
Aku terdiam, namun pikiranku
memikirkan sesuatu hal secara brutal, yang mungkin tak banyak orang lain pikirkan.
Semakin aku memikirkannya, semakin aku tidak sanggup menahannya. Lalu, setelah
aku tidak bisa menampungnya lagi, aku langsung bertanya dengan suara pelan
kepada tiang itu, “Bagaimana perasaanmu? Kau sendiri, terdiam, dan dingin, tapi
kau rela menerangi orang yang lewat?”
Tiang itu diam.
Ya, sebenarnya aku
memikirkan tiang itu. Tiang yang berdiri sendiri tanpa ada yang menemani.
“Apa kau diciptakan hanya untuk
ini? Apa kau tidak marah diciptakan seperti ini? Apa kau terlalu marah,
sehingga kau tidak sudi mengeluarkan sepatah kata pun?”
Angin dingin bertiup cukup
kencang di malam ini. Sangat cukup untuk membuat bulu kuduk berdiri. Bulan
Desember membuat segala sesuatu menjadi lebih dingin, tapi aku suka.
Kembali kutatap tiang itu,
tak lama, lalu kusandarkan tubuhku di sandaran kursi, “Aku tahu kau tidak bisa
bicara. Ya… mungkin aku bodoh sudah bertanya padamu. Namun, asal kau tahu, aku
tak perlu jawaban dari siapa pun. Aku hanya ingin ada seseorang, atau minimal sesuatu
yang bisa mendengarkanku. Bukankan lebih baik tidak mendapat jawaban, daripada
tidak ada yang mendengarkan?”
Dia masih terdiam.
“Apa kau mau menemaniku dan mendengarkanku?”
Tanpa kusadari, bibirku
tersenyum.
“Sebelumnya aku minta maaf
jika aku salah, jika sebenarnya kamu memang senang seperti ini. Namun aku tidak
yakin, bagaimana bisa ada yang senang hanya dengan memberikan sesuatu kepada
orang lain, tanpa mendapat imbalan terhadap dirinya sendiri? Atau minimal hanya
sekedar ucapan terima kasih karena perjalanannya telah diterangi olehmu?”
Aku menghela nafas, mencoba
mencari kata-kata menarik untuk kutanyakan padanya. Semua terasa sangat indah,
aku bisa memikirkan dan berkata sesuka hatiku tanpa perlu kubatasi.
Sesekali, ketika ada orang
yang melintas di depanku, mereka melirikku menggunakan ujung matanya. Aku
lihat, namun aku tak peduli. Untuk sekarang aku ingin menjadi egois, memikirkan
urusanku saja. Aku tidak peduli mereka memandangku seperti apa. Dan juga, apa
mereka yang melintas peduli dengan tiang ini? Yang mereka peduli hanya apa yang
mereka dapatkan dari tiang ini! Cahaya! Terang! Dan juga kenyamanan! Apa mereka
peduli dengan dia yang selalu sendirian, berteman sepi, dingin dan gelap,
kuyakin tidak ada yang peduli! Aku juga akan berpikir demikian, tak peduli
dengan mereka yang melintas di hadapanku!
Aku rasa banyak orang yang
hanya peduli dengan apa yang mereka terima, tanpa peduli dengan orang atau
sesuatu yang telah memberinya. Banyak orang yang hanya ingin hasil, tanpa peduli dengan proses. Dan aku juga yakin, di dalam
diriku masih ada perasaan seperti itu.
“Hey, apa kau kesepian? Apa
yang biasa kau lakukan ketika tidak ada seorang pun yang melintas? Apa perasaanmu ketika mereka
yang melintas memakimu, ketika kau tidak memberikan sinarmu untuk mereka?” Tanyaku
pada tiang itu lagi.
“Kau tahu, menjadi sepertiku
ini menyenangkan. Bisa berjalan, bicara, mendengar atau berpikir. Tapi kau tahu,
tidak banyak orang yang bisa menggunakan semuanya dengan sempurna. Kami
memiliki semua alat yang dibutuhkan untuk melakukan itu semua, tapi kau tahu, tak
jarang semua itu hanya menjadi pajangan.”
Aku sangat sadar mengatakan
hal itu, karena semua yang kukatakan mengena pada diriku sendiri. Aku sangat
sadar itu semua ada di diriku, karenanya, aku mengatakan itu sambil menunduk
malu.
“Kami bisa bicara, tapi terkadang
kami tidak bisa membuktikan. Kami bisa bicara, tapi terkadang kami mengutarakan
kemunafikan. Kami bisa bicara, namun terkadang kami tak berani mengungkap
kebenaran. Kami bisa berjanji dengan kata-kata kami, tapi terkadang kami
mengabaikan janji itu, seolah-olah tak pernah terjadi.”
Aku masih menunduk malu.
“Kami bisa mendengar, tapi
terkadang kami pura-pura tidak mendengar. Kami bisa mendengar, tapi terkadang
kami tidak mau mendengar. Kami bisa mendengar, tapi terkadang kami hanya sekedar
mendengar.”
“Kami bisa berjalan, tapi
terkadang kami tersandung. Kami sering tersandung, tapi terkadang kami
mengulangi jalan yang sama, lalu tersandung lagi. Kami bisa berjalan, tapi terkadang
sulit berjalan menuju kebaikan. Kami bisa berjalan, tapi terkadang kami tak mau
berjalan.”
“Kami bisa melihat, tapi
terkadang pengelihatan kami dibutakan. Kami bisa memandang, tapi kami menggunakannya untuk
memandang hal yang salah. Kami bisa melihat, tapi kami sering hanya melihat ke
atas, tak peduli apa yang ada di bawah. Kami bisa melihat, tapi terkadang kami
tidak peduli dengan apa yang kami lihat.”
“Kami bisa berpikir, tapi
terkadang pikiran kami licik. Kami bisa berpikir, tapi terkadang kami hanya
memikirkan diri sendiri, tanpa mau memikirkan orang lain. Kami bisa berpikir, tapi pikiran
kami tidak selalu baik dan benar. Kamu tahu, segala macam kejahatan terjadi
karena kami salah menggunakan pikiran.”
Tadi, ada orang yang duduk
di sebelahku, tidak lama, tak sampai satu menit, lalu dia pergi lagi. Mungkin dia
tidak nyaman mendengarku bicara sendiri, atau mungkin dia malah menganggapku
gila. Aku tidak tahu. Aku tidak peduli.
“Kami diciptakan untuk bisa
melakukan segala sesuatu, tapi aku malu padamu.” Aku mengeha nafas, mencoba
menenangkan diri. “Aku ingin mendengarmu mengeluh, protes atau marah karena
diciptakan seperti itu. Aku ingin mengetahui perasaaanmu, ketika kamu diciptakan
seperti itu.”
“Mahluk jenis kami bisa
menciptakan benda sepertimu, yang bisa menerangi orang lain, yang membantu
orang lain, dan selalu memberikan kemudahan untuk orang lain. Tapi kau tahu,
terkadang kami acuh terhadap sesama. Kami tidak peduli dengan orang lain yang
kesulitan. Kami angkuh ketika melihat orang yang lebih rendah.”
“Aku sering mengeluh ketika
tidak mendapatkan apa yang aku mau, tapi kau tetap berdiri tegak, walaupun tidak
ada yang peduli dengan keinginanmu. Aku sering marah ketika diperlakukan tidak
adil, tapi kamu tetap menerangi jalanan, walaupun ketidak adilan sering datang
padamu. Aku sering bosan dengan rutinitasku, tapi kamu selalu setia seperti
ini, tanpa ada kata bosan. Aku selalu ingin mendapat imbalan setelah apa yang kulakukan, tapi kamu,
mungkin tak menginginkan imbalan.”
“Aku malu…”
Aku berdiri dari kursi, lalu
kumasukan kedua tanganku ke dalam kantung jaket.
“Jujur, aku ingin mendengar
semua jawaban darimu. Aku ingin tahu bagaimana perasaanmu. Dan juga, aku ingin
tahu apakan yang kubicarakan ini benar atau tidak.”
“Aku mau pergi, mungkin juga
tak kembali lagi, karena aku malu padamu. Tetaplah seperti ini, menerangi dan
membantu, karena terkadang, aku merasa perbuatanmu lebih berguna dan mulia dari
kami. Dari kami yang selalu merampas hak sesama. Dari kami yang tidak peduli
sesama. Dari kami yang selalu bertingkah egois. Dari kami yang kelakuannya seperti
binatang, merampas uang rakyat, namun masih bisa berbohong dengan lantang di
depan kamera. Dari kami yang selalu mencela tanpa ngaca. Dari kami yang selalu
berbuat dosa, tapi masih bisa tertawa. Dari kami yang tidak bisa memanfaatkan
tubuh kami dengan baik.”
“Aku pergi.”
Baru satu langkah
kulangkahkan kaki, aku teringat sesuatu. “Kau harus bersyukur telah
diciptakan seperti itu, karena aku juga bersyukur telah diciptakan seperti ini.
Satu lagi, kami masih memiliki hati. Ketika pikiran kami rusak, hati kami masih
bisa bertindak. Semoga saja hati kami tidak ikut rusak.”
Aku pergi, melangkahkan kaki
dengan wajah sedikit tertunduk, namun tetap merasa bangga. Mungkin aku dianggap
gila oleh mereka yang melintas, tapi aku tidak mau peduli, yang penting aku
senang. Ya… terkadang seseorang
harus bertingkah aneh dan gila untuk membuat hatinya senang.
18 komentar
komentaralangkah baiknya untuk menjadi diri sendiri... kalo aku sih ogah banget kalo suruh jadi orang gila -___-
ReplyYang nyuruh jadi orang gila siapa -__-
ReplyApa ini bentuk curhatan yang ditujukan pada sebuah lampu jalanan? Hohoho~
ReplyBisa dibilang gitu. Daripada lampu jalanannya yang curhat, kan serem.
Replyindah.
Replykita memang harus bersyukur :)
hahaha.. tapi sadar ga sadar, kita pasti pernah bicara sendiri, entah sama bantal, entah sama hujan.
Replybener banget, kita ga menuntut jawaban. Tapi biasanya setelah itu kita jadi relax :D
Yup, begitulah kira-kira.
ReplyOh iya, nama gue Aji. Bukan Indah~
Sorry, gue gak pernah bicara sama bantal.
ReplyYoi, sebenrnya kita cuma butuh didengarkan :)
Keren :) apa yg ada diotak lo sampe memutuskan tiang untuk ditulis? Faktakah ini?
ReplyBukan, ini cerita fiksi :)
ReplyGue kasian aja sama tiang. Dia gak ada yang merhatiin, gak pernah diajak ngomong juga, hiks... hiks...
kasian ya si tiang. tapi lebih kasian lg yg ngomong sama si tiang :p
ReplyHaha iya. kasian dia dianggap gila :D
Replyanjrit keren bro. tulisan sepanjang ini, intinya cuma ngobrol sama tiang awesome...
ReplyIni fiks iatau ada curhatan terselubung sih? pencerahan nih. :)
ReplyKalo dipikir-pikir, ya begitulah...
ReplyIni murni fiksi. Gak ada yang diselubung-selubungin.
Replyfiksinya keren mas aji. saya malah tiep mau nulis kayak gini takut kepanjangan dan bikin pembaca bosen, tapi baca postingan ini malah bikin manggut-manggut sendiri. Salam kenal dulu ya. :)
ReplyArtikel yang sangat menarik :D
Replyhttp://clayton88.blogspot.com | http://kagumiterus.blogspot.com/ | http://informasiberitatop.blogspot.com | http://bit.ly/1QTpF4S | http://goo.gl/eQV9d3 | http://bit.ly/1sUU8dl | http://goo.gl/CI4bLf | http://bit.ly/1IAMpsv | http://goo.gl/lNMX3D | http://bit.ly/1NM7v7j | http://bit.ly/1VxDjyt | http://bit.ly/1IAMpsv | http://bit.ly/1QTpF4S | http://goo.gl/cAQcMp | http://goo.gl/97Yn1s | http://goo.gl/tw2ZtP | http://bit.ly/1VxDjyt | http://goo.gl/RkuB4G | http://goo.gl/8rM20b | http://goo.gl/5dAkJO | http://bit.ly/1IAMpsv | http://bit.ly/1IAMpsv
Berita Menarik
Prediksi Bola
Kumpulan Berita Menarik
Kumpulan Berita Campuran
Bandar Bola
Agen Bola
Agen Casino
Agen Bola Terpercaya
Main Dominoqq
Agen Poker
Bandar Ceme
Agen Capsa
Agen Poker Terpercaya
Terimakasih admin..
salam kenal ^_^